Aji Mumpung
(( kan “ mumpung”
berkuasa ….. ).” Mumpung “ menang lalu sewenang-wenang. “ Mumpung
“ kuat lalu menindas yang lemah ).
Ini adalah
senjata utama bagi orang yang mau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Kaidah ini telah mengakar kuat dalam diri manusia zaman sekarang. Seorang buruh
santai-santai dalam tugasnya karena “ mumpung “ mandornya belum datang, guru santai-santai masuk kelas “ mumpung” tidak di lihat kepala sekolah, siswa –siswi lebih senang duduk-duduk di kantin “ mumpung “ gurunya belum datang , sebagian menghabiskan
waktu untuk jalan-jalan atau belanja di mall “ mumpung” masih ada duit.
Banyak orang
yang berkuasa juga menggunakan aji-aji ini, sehingga mereka menggunakan
kekuasaanya untuk kepentingan diri sendiri . ( kan “ mumpung” berkuasa ….. ).” Mumpung “ menang lalu sewenang-wenang. “ Mumpung
“ kuat lalu menindas yang lemah.
Masih ingat
ketika tanggal 18 Nopember 2014 kemarin atau setiap terjadi kenaikan bbm. Hampir semua SPBU di seluruh Indonesia penuh
dengan mobil dan motor-motor ikut antrian panjang berjam-jam hanya untuk mengisi BBM beberapa liter saja karena “ mumpung
“ belum naik. Dan masih banyak “mumpung-mumpung
“ lainya yang intinya adalah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Tapi kaidah
ini ternyata tidak berlaku bagi
seseorang yang bernama Yunus bin ubaid. Orang yang hidup di sekitar tahun 100 h
. dia memandang bahwa aji “ mumpung “ adalah merupakan sebuah kedhaliman, sehingga
harus di jauhi.
Hal itu
terbukti ketika dia mengetahui bahwa harga kain sutra sudah pada naik, kemudian
dia memborong kain sutra dari seorang pedagang yang menjual murah kain sutra
dengan 30 ribu dirham. Setelah di bayar dia bertanya kepada si penjual “ apa
kamu tahu bahwa harga kain sutra sudah naik ?” penjual mengatakan “ belum,
kalau saya tahu bahwa kain sutra sudah naik tentu tidak akan saya jual murah –
murah “. Mendengar jawaban tersebut lalu Yunus bin ubaid mengembalikan kain
sutra yang telah dia beli dan meminta kembali uangnya 30 ribu dirham. Ini menunjukkan
bahwa aji “ mumpung “ tidak berlaku bagi
orang yang berbudi luhur semisal Yunus bin ubaid.
Di zaman
sekarang sungguh sangat langka sekali orang yang seperti dia, karena kaidah
yang berlaku sekarang adalah dengan aji “ mumpung “. Wajar kalau ternyata kedhaliman merata di mana-mana.
subhaanallaah... rasanya ga ada ya hari gini yg seperti yunus bin ubaid,harus diteladani.... :)
BalasHapusBetul aira, kalau ada pun perbadingannya sedikit kali, terima kasih atas kunjungannya dan jangan kapok.....
Hapus