Sabtu, 29 November 2014

Aji Mumpung

Aji Mumpung

(( kan “ mumpung”  berkuasa ….. ).”  Mumpung “ menang lalu sewenang-wenang. “ Mumpung “  kuat lalu menindas yang lemah ).


Ini adalah senjata utama bagi orang yang mau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Kaidah ini telah mengakar kuat dalam diri manusia zaman sekarang. Seorang buruh santai-santai dalam tugasnya karena “ mumpung “ mandornya belum datang,  guru santai-santai masuk kelas “ mumpung”  tidak di lihat kepala sekolah, siswa –siswi  lebih senang  duduk-duduk di kantin  “ mumpung “  gurunya belum datang , sebagian menghabiskan waktu untuk jalan-jalan atau belanja di mall “ mumpung”  masih ada duit.
Banyak orang yang berkuasa juga menggunakan aji-aji ini, sehingga mereka menggunakan kekuasaanya untuk kepentingan diri sendiri . ( kan “ mumpung”  berkuasa ….. ).”  Mumpung “ menang lalu sewenang-wenang. “ Mumpung “  kuat lalu menindas yang lemah.
Masih ingat ketika tanggal 18 Nopember 2014 kemarin atau setiap terjadi kenaikan bbm.  Hampir semua SPBU di seluruh Indonesia penuh dengan mobil dan motor-motor ikut antrian panjang berjam-jam  hanya untuk mengisi  BBM  beberapa liter saja karena   “ mumpung “  belum naik. Dan masih banyak “mumpung-mumpung “ lainya yang intinya adalah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Tapi kaidah ini ternyata  tidak berlaku bagi seseorang yang bernama Yunus bin ubaid. Orang yang hidup di sekitar tahun 100 h . dia memandang bahwa aji “ mumpung “  adalah merupakan sebuah kedhaliman, sehingga harus di jauhi.
Hal itu terbukti ketika dia mengetahui bahwa harga kain sutra sudah pada naik, kemudian dia memborong kain sutra dari seorang pedagang yang menjual murah kain sutra dengan 30 ribu dirham. Setelah di bayar dia bertanya kepada si penjual “ apa kamu tahu bahwa harga kain sutra sudah naik ?” penjual mengatakan “ belum, kalau saya tahu bahwa kain sutra sudah naik tentu tidak akan saya jual murah – murah “. Mendengar jawaban tersebut lalu Yunus bin ubaid mengembalikan kain sutra yang telah dia beli dan meminta kembali uangnya 30 ribu dirham. Ini menunjukkan bahwa  aji “ mumpung “ tidak berlaku bagi orang yang berbudi luhur semisal Yunus bin ubaid.

Di zaman sekarang sungguh sangat langka sekali orang yang seperti dia, karena kaidah yang berlaku sekarang adalah dengan aji “ mumpung “. Wajar kalau ternyata  kedhaliman merata di mana-mana. 

2 komentar:

  1. subhaanallaah... rasanya ga ada ya hari gini yg seperti yunus bin ubaid,harus diteladani.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul aira, kalau ada pun perbadingannya sedikit kali, terima kasih atas kunjungannya dan jangan kapok.....

      Hapus