Senin, 18 Maret 2013

AKU MALU PADA ORANG TUAKU


Aku malu pada orang tuaku

Kawan, aku adalah anak ke dua dari 5 bersaudara. Sudah berkisar 17 tahun yang lalu aku pergi dari rumah.
Walaupun aku pernah pulang, tapi itupun baru dua kali. Memang semenjak kepergianku dari rumah, hubunganku dengan orang tuaku tidak pernah putus. Bahkan sampai saat ku tulis artikel kecil ini, hubunganku dengan mereka baik-baik saja.

Di rumah, mereka tinggal bersama 2 orang adikku dan kakakku, Merekalah yang selalu rajin membantu orang tuaku, terima kasih kakak-kakak dan adikku. Sementara adikku yang satu lagi dia juga pergi demi masa depannya ke kalimantan.

Sebagai orang tua, pasti terbersit dalam hati mereka, semoga kelak anak-anakku bisa menjadi anak – anak yang baik, tahu balas budi atas jasa-jasanya yang  telah mereka kerahkan selama ini. Walaupun itu tidak pernah mereka ungkapkan  pada kami sebagai anak-anak mereka, tapi Itu adalah hal yang wajar mengingat mereka semakin lama semakin tua, tenaga dan pikirannyapun semakin lemah.

Sebagai anak, sayapun juga berkeinginan untuk bisa membahagiakan mereka. Semakin tua seharusnya mereka bisa menikmati hari-hari mereka, tidak lagi di sibukkan dengan pahit getirnya mencari makan, merasakan panasnya sinar matahari di  waktu siang , dan dinginya angin di malam hari. Seharusnya aku bersama dengan mereka, mumpung mereka masih hidup. Berapa banyak di antara teman2 ku yang sudah tidak memiliki kedua orang tua, karena mereka telah tiada.

Sekarang  saya sudah berkeluarga, dan punya 2 anak. Sebagai orang tua, saya juga bisa merasakan bagaimana pengorbanan orang tuaku sewaktu aku kecil. Mereka rela kelaparan  dan kehausan demi anaknya, rela kedinginan maupun kepanasan demi anaknya, lelah dan capek mereka hiraukan demi anaknya, semua kesulitan dan kesusahan mereka rasakan demi kebahagiaan anaknya.

Sudah sewajarnya seorang anak yang sudah dewasa, membalas budi baik mereka selama ini. Tapi itu semua masih sebatas dalam angan-anganku saja. Karena sampai sekarangpun  merekalah yang masih selalu perhatian kepadaku, bahkan kepada keluargaku.

Bapak, Ibu, saya juga bisa merasakan bagaiaman rasa kangennya dirimu padaku dan keluargaku, seperti itu juga kangennya diriku dan keluargaku padamu. Uang yang sedikit-sedikit aku kumpulkan tak juga terkumpul untuk bekal mengunjungimu.

Bapak,Ibu, maafkan aku karena aku selalu merepotkanmu. Sebenarnya aku malu padamu, aku malu pada orang tuaku, karena aku belum bisa membahagiakanmu. Aku tidak tau kapan itu bisa terwujud. Sementara aku juga di tuntut untuk bisa membahagiakan anak-anak dan istriku. Sehari –hari aku hanya bisa berdoa kepada Allah untuk kebahagiaanmu wahai orang tuaku.

7 komentar:

  1. bahagiakan dengan berusaha semaksimal mungkin apa yang kita bisa lakukan buat mereka. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak, insyaAllah saya tetap akan berusaha

      Hapus
  2. Melihat kita bahagia bersama keluarga kecil kita, itusudah membuat ortu kita bahagia kok mas.... jadi jangan terlalu dipikirkan kalau kita merasa belum bisa membahagiakan ortu. yg pentng kita sudah berusaha :).

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Jenguklah mereka selagi sempat pak :)
    Smoga Allah memudahkan urusan bapak & keluarga, aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah Buk, saya tetap akan berusaha untuk silaturohmi kepada mereka berdua, dan doa kami sekeluarga juga tidak pernah terputus untuk mereka.
      Terimakasih sarannya

      Hapus