Senin, 11 Maret 2013

SELAMAT JALAN ANAKKU SAYANG


5 HARI PENUH KENANGAN 
BERSAMA NADYA YASMIN


(“ Abi, Umi ! Nadya sudah tidak kuat lagi, maafkan Nadya.........)


          Sudah lama rasanya, kami bersama  keluarga menunggu kebahagiaan itu datang. Menantikan kelahiran anak yang sekarang sedang di kandung  istri tersayang. Kami rutin periksa setiap bulan demi calon buah hati kami ini. Karena dua orang anak kami yang pertama dan kedua semua laki-laki, maka kami selalu berdoa kepada Allah, agar menganugerahi kami anak perempuan. Biar sempurna rasanya, walaupun laki-laki dan perempuan itu sebenarnya sama saja, yang penting sehat wal afiat.

 Semenjak masih dalam kandungan, kami selalu membayangkan bentuk hidungnya yang mancung, mungil, cantik, apalagi kalau dia nanti memakai jilbab seperti uminya. Bukan  hanya itu saja, kamipun sebagai orang tua ( walaupun kami bukanlah orang yang mampu ) ingin bekerja keras untuk membiayainya menjadi seorang dokter, dokter yang religius. Itulah cita-cita duniawi kami kepadanya.

Memasuki empat bulan masa kandungan, ruh yang di tiupkan oleh Malaikat utusan Allah itu, sudah mulai terasa. Terkadang  dalam perut uminya, terasa ada sesuatu yang bergerak-gerak lalu hilang kembali. Mulai bertambah umur kandungannya, mulai  jelas gerakan gerakan itu. Kami selalu memperhatikan dan menikmatinya setiap saat, dan jika tidak terasa ada gerakan dalam kandungannya kami sangat kawatir. Tapi,  jika gerekan-gerakan itu mulai terasa, rasanya kami sangat bahagia sekali.

Hari demi hari kami lalui dengan penuh kebahagiaan, kami selalu berdiskusi sambil bercanda, mempersiapkan nama yang bakalan kami sematkan dihari ketujuh kelahiranya nanti. Kami mulai mengumpulkan sejumlah nama-nama untuk anak perempuan dari beberapa teman-teman  kami, kalau tidak salah berkisar 50 nama sudah terkumpul. Begitu juga beberapa nama untuk anak laki-laki,jika yang lahir laki-laki. Diskusipun berjalan alot. Saya pilih yang ini, uminya gak setuju, uminya pilih yang itu saya yang  gak setuju. Begitulah berhari-hari selalu kami bicarakan bersama, sambil menikmati gerakan-gerakan dalam perutnya yang semakin nampak dan jelas.

Untuk menyambut kelahiran ini, kami agak merasa tenang di banding dengan anak pertama dan kedua kami. Karena untuk anak yang ketiga ini jauh-jauh sebelumnya, kami sudah ikut dalam Program JAMPERSAL ( Jaminan Persalinan ), berarti semua biaya persalinan nanti sudah ada yang menanggung. Rencana persalinan nanti akan kami laksanakan di  sebuah klinik dekat DC Mall Batam, itu berarti tidak jauh dari tempat tinggal kami yang berada di Tanjung Teritip, Kel. Tanjung Uma, Kec. Lubuk Baja, Batam.  Jadi kami tinggal mempersiapkan kebutuhan –kebutuhan  ringan. Kebutuhan-kebutuhan seperti  bedong, popok, gurita, tempat tidur, gendongan dll gak usah beli, karena  di pinjami teman-teman kami. Pokoknya semua kebutuhan  terasa sudah komplit.

Memasuki usia kandungan 9 bulan, itu adalah waktu yang sangat kami nanti-nantikan. Perkiraan dokter dan bidan yang sering memeriksa kandungan istri , berkisar tanggal 23 februari 2013 lahir. Tapi, lewat tanggal tersebut belum juga lahir. Tepat hari jum’at tanggal 1 Maret 2013, istri saya sudah mulai kesakitan, tiba-tiba sakit lalu hilang. Kami langsung pergi ke klinik yang di rencanakan untuk periksa. Hasilnya, katanya dia sudah buka dua ( biasanya pintu kelahiran anak melalui 10 tahapan ). Tapi kami masih di perbolehkan pulang.

Beberapa jam di rumah, sakit itupun tak terasa kembali. Bahkan sampai dua hari kemudian, tepatnya hari minggu tanggal 03 Maret 2013 sakit itu baru datang lagi. Selepas sholat asar, kami berangkat ke klinik untuk kontrol. Sementara dua anak kami, kami titipkan di rumah Bpk Jefri di Tanjung Uma. Sesampainya di klinik, istri saya langsung di tangani oleh bidan yang ada. Tapi ternyata masih tetap buka dua, bahkan katanya letak janinnya semakin jauh, sehingga kami di perintahkan  USG, untuk mengetahui apakah persalinan nanti bisa normal, apakah ketubanya masih ada dsb, yang hasilnya malam itupun harus langsung di antar ke klinik. Akhirnya kami berdua mencari klinik yang masih menerima pasien untuk USG , tapi ternyata semua tidak bertepatan dengan jadwalnya. Yang ada adalah hari senin jam 04.00 sore di klinik Nuruddiniyah Bengkong.

Hari senin tanggal 04 Februari 2013, selepas asar kami langsung pergi ke Klinik Nuruddiniyah untuk USG, intinya hasilnya bagus. Kami langsung meluncur ke klinik yang kami rencanakan untuk  kontrol kembali, karena rasa sakit yang di rasakan istri semakin dekat. Setibanya di klinik tersebut, istri saya langsung di tangani. Hasilnya, kelahiran sudah semakin dekat, dan saya di suruh ambil pakaian untuk keperluan persalinan.

HARI PERTAMA

Hari senin tanggal 4 maret 2013 jam 08.05 malam , itulah kebahagiaan yang sudah lama kami nanti-nantikan datang. Nampak kepala mungil yang di ikuti anggota badan lainya secara utuh lahir ke dunia serta tangisan bayi yang mungkin kaget dengan suasana yang baru, menambah keindahan keadaan di ruang itu. Lahirnya normal, berat badanya 2 kilo 4 on. Saya langsung mengucapkan takbir tanda syukur kepada Allah Azza Wajalla karena anak kami lahir dengan selamat. Dan kebahagiaan kamipun bertambah, setelah kami mengetahui bahwa yang lahir berjenis kelamin perempuan seperti yang kami cita-citakan. Rasanya malam itu kami tidak rela tubuhnya yang mungil menyentuh tempat tidur yang sudah di sediakan untuk sang bayi.  kami selalu bergantian menggendongnya, dan menciuminya. Setiap memandangi wajahnya rasa ngantuk tak pernah kami rasakan. Kalau tidak di pangkuan uminya, pasti dia di pangkuan abinya. Kami selalu berdoa kepada Allah, agar Allah memudahkan cita-cita duniawi kami untuknya kelak.

 Begitulah kami semalaman tidak tidur karena kebahagiaan yang kami rasakan. Bahkan, bidan-bidan yang tidur di lantai tiga, kami yang bangunkan mereka untuk sholat subuh dan membukakan pintu. karena, saya harus kembali kerumah untuk menengok anak yang kami titipkan di rumah teman, ambil air hangat, serta membeli nasi di luar untuk sarapan pagi, di mana perut sudah mulai sakit karena sejak kemarin sore kami tidak terfikirkan untuk makan kami.

HARI KEDUA

Hari selasa jam 11.00 siang, kami di ijinkan pulang kerumah. sebelum kami pulang seorang perawat menjelaskan bahwa hari kamis kami harus kontrol kembali. Kami sangat bahagia , bahkan Ali dan Muhammad juga merasakan hal yang sama; nampak dari seringnya mereka berebutan untuk mencium pipi yang masih mungil tersebut. Suara tangisannya selalu kami jadikan sebagai penghibur dan penghias rumah yang kami tinggali. Walaupun rumahnya sempit, rasanya dengan kehadirannya rumah itu menjadi besar sekali. Sebentar menangis kemudian menyusu, kemudian tidur kembali.
Kami tak bosan-bosanya memandangi wajah mungilnya. Seraya berdoa kepada Allah agar cita-cita kami sebagai orang tua untuk bekal dia di dunia setelah dewasa nanti  bisa terwujud. Bahkan kebahagiaan tersebut juga di rasakan oleh tetangga-tetangga kami yang menjenguk kerumah dan melihat wajah mungilnya. Kening serta pipinya yang masih nampak lembut itu, juga tak lepas dari bibir-bibir indah setiap tetangga dan kawan yang menjenguknya.

 Yang jelas, kami tak mampu untuk mengungkapkan dan menggambarkan bagaimana  rasa syukur dan kebahagiaan yang kami rasakan waktu itu. Sampai saking asyiknya kami menyambut tamu-tamu yang datang, serta berbagi cerita kepada mereka, untuk mengungkapkan rasa kebahagiaan, tak segelas air putihpun kami keluarkan. Kami baru sadar tatkala mereka pamitan pulang. Padahal, kami sudah siapkan aqua gelas di rumah untuk  orang yang datang menjenguk anak kami yang baru lahir.

 Saya juga mondar - mandir antara rumah dan sekolah, karena jaraknya dekat sekali. Bahkan saya juga sempat masuk kelas. Rasa ngantuk dan capek hilang semua  karena kehadirannya.

 Malam tiba rasanya berjalan seperti biasa, minum sebentar kemudian tidur, tapi hanya beberapa menit kemudian dia menangis kembali. saya rasakan itu adalah hal yang biasa. Karena dia kenal cuaca di dunia ini baru dua hari. Begitulah semalaman kami hanya tidur-tidur ayam, walau mata terpejam hati ini rasanya selalu terjaga untuk sang buah hati. Sehingga tatkala dia menangis atau bergerak, secara refleks mata kami langsung terbuka.

HARI KETIGA

Hari rabu tanggal 6 Maret 2013 rasanya ada kejanggalan tapi waktu itu kami merasa biasa saja. Pagi itu masih jam 07.30 ia menangis tak henti-henti, suaranya kuat sekali, sepertinya ada sesuatu yang dia rasakan.Waktu itu dia masih mau menyusu . Kami sebagai orang tua yang belum bisa berkomunikasi dengannya kecuali dengan insting saja Cuma bisa menebak, mungkin ia merasakan sakit di pusarnya yang belum putus. Orang - orang bilang, pusar bayi yang mau putus itu rasanya sakit sekali, bahkan banyak bayi demam tinggi karenanya.

 Komunikasi bayi yang baru lahir dengan lingkungannya itu dengan menangis. Sakit dia menangis, lapar dia menangis, haus dia menangis, bahkan senyumpun dia utarakan dengan menangis, karena dia belum mengenal arti sebuah senyuman. Yang dia ketahui adalah menangis dan menangis. Sehingga tatkala anak yang baru lahir, umur sehari atau dua hari , bahkan sebulan itu kerjanya hanya menangis. 

Di hari yang sama, jam 08.00 malam, dia mulai menangis dengan suara yang  kuat. Tangisannya sekitar 5 menit tidak berhenti. Istri saya sebagai uminya sebenarnya sudah mulai kawatir begitu juga saya. tapi,  saya selalu menenangkanya bahwa itu adalah hal yang biasa. karena ia merasakan sakit di pusarnya. Setelah berhenti menangis, dia tidak mau menyusu. Lidah, bibir serta wajahnya agak membiru, nafasnya juga agak sesak. Dari situ saya sudah mulai timbul kekawatiran. Tapi kami masih juga selalu berhusnudzon karena esok harinya adalah jadwal kami harus kontrol ke klinik tempat bersalin.

Waktu berjalan. Jam sudah menunjukkan angka 10.00 malam,dia juga tidak mau menyusu dan tidak juga menangis. Jam 11.00 malam juga begitu, bahkan jam 12.00, jam 01.00, 02.00 dan seterusnya.  Kekawatiran kamipun  terus bertambah. Malam ketiga ini kami tak bisa pejamkan mata, walau hanya  sebentar, karena hati kami diliputi dengan kekawatiran terhadap sang buah hati.

HARI KEEMPAT

Waktu sudah jam 04.00 pagi, badannya sudah mulai membiru, kami berdua langsung berangkat ke klinik untuk kontrol walaupun jadwal bukanya jam 07.30. Setelah kami ketuk pintu di jelaskan  bahwa jam segitu dokter belum datang. Kemudian kami minta surat rujukan, tapi katanya untuk program jampersal tidak ada surat rujukan. Akhirnya kami langsung  menuju klinik Nuruddiniyah bengkong, yang jaraknya berkisar setengah jam lebih naik motor. Namun rasanya jauh sekali, akhirnya kami langsung belok halauan menuju ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang lebih dekat. Yang ada dalam benak kami, sibuah hati harus selamat dan segera mendapat pertolongan.

Di RSBK, kami masuk hari kamis tanggal 7 maret 2013 jam 05.00 pagi. Kami langsung ke UGD, dan akhirnya bayi kami yang badanya sudah mulai membiru langsung di beri inpus dan oksigen. Bahkan berat badannya turun menjadi satu kilo sembilan on, padahal waktu lahir beratnya dua kilo empat on.

Beberapa jam kemudian warna kulitnya semakin membaik. Kamipun semakin tenang. Dia juga bisa benafas dengan lancar. Kami sempat bilang ke dia : " Nak ( panggilan kesayangan ), biarlah sekarang kamu seorang pasien yang di rawat dokter, tapi kelak di kemudian hari kamu harus menjadi dokter yang merawat pasien ". Sungguh, seandainya dia sudah faham apa yang di cita-citakan oleh orang tuanya, maka pasti dia akan bahagia sekali seperti kebahagiaan yang di rasakan kami dengan kehadirannya.

Ditengah – tengah kekawatiran kami terhadapnya, kami masih bisa bercanda untuk melanjutkan musyawarah tentang namanya.
Untuk memberikan nama buat si buah hati,  kami memang sudah mengoleksi beberapa nama. Kami minta saran dan masukan dari teman-teman , akhirnya sekitar lima puluhan nama sudah terkumpulkan.

Setelah memilih satu persatu nama-nama tersebut, akhirnya kami memilih “Nadya Yasmin” untuk sibuah hati. Sebuah nama yang di sarankan dari teman baik yang sangat dekat  dengan kami sewaktu di Medan. Bahkan, sampai sekarang  walaupun kami sudah pindah ke Batam. Terima kasih Ian dan Latifah, semoga Allah selalu memudahkan dan melancarkan rizki  kalian. Maka dengan Bismillah “Nadya Yasmin” resmi kami sematkan untuk sibuah hati, yang rencananya  akan kami sematkan di hari ketujuh kelahiranya, tapi rasanya terlalu lama kami menunggu.

Setelah di periksa dokter spesialis anak,maka dokter tersebut bertanya kepada saya “ Bagaimana ketubanya waktu lahir ? “  saya jawab dengan singkat “ saya tidak tahu pak “. Kemudian beliau menyarankan agar Nadya Yasmin di rawat di ruang NICU. Saya pun di persilakan melihat daftar harga yang ada. Ternyata untuk masuk ke ruang NICU kita harus membayar deposit sepuluh juta rupiah. Uang yang tidak begitu besar bagi kebanyakan kalangan, tapi  itu merupakan nominal yang sangat berat buat kami.

Akhirnya saya minta saran terbaik dari dokter jaga yang kami bisa lakukan dan kami mampu, serta Nadya Yasmin bisa baik. Kemudian dokter menyarankan agar kami memilih ruang perawatan bayi ruang melati namanya. Di situ ada dua kelas. Kelas satu perhari untuk kamarnya  500 ribu, di tambah untuk dokter 150 ribu, belum untuk obatnya. Di kelas dua untuk kamarnya dua ratus ribu,untuk dokter seratus ribu, belum obatnya. Akhirnya kami putuskan untuk memilih kelas dua.

 Jam 12.00 dia masuk ruang melati, yang sebelumnya dia di rawat di UGD di tunggu oleh istri tercinta, sementara saya pergi ke apotik membawa resep dokter untuk obat si buah hati. Lama menunggu, tiba-tiba mata saya tertuju kepada seorang yang menggendong anak bayi, sambil memegangi botol inpus di ikuti seorang perawat yang mendorong tabung oksigen, saya langsung lari mengejar mereka, tak peduli lagi dengan resep yang sudah saya serahkan ke pihak apotik. Benar saja, dia adalah Nadya Yasmin, maka langsung saya pindahkan dari pangkuan uminya yang sebenarnya masih kesakitan dan kecapekan ke pangkuan saya. Rasanya gendongan itu tak akan saya lepaskan selamanya. 

Di ruang ronsen

Setelah kami masuk ke dalam ruangan yang saya sendiri tidak tahu, kami langsung di sambut oleh seorang dokter laki-laki, dia membimbing kami untuk meletakkan Nadya Yasmin di atas sebuah meja yang di payungi beberapa lampu. Saya dan istri di suruh pakai pakaian kusus yang rasanya berat sekali untuk menutupi bagian depan kami. Lalu dokter itu keluar dan menutup pintu, selang beberapa detik kemudian kami mendengar suara " klik"  di ikuti masuknya dokter tersebut ke dalam ruangan kami. Setelah kami pikir rupanya itulah yang namanya di ronsen. Setelah di ronsen diruang kusus kami langsung di suruh menuju ke ruang melati yang sudah kami sepakati.

Di ruang melati

Sebelum kami sampai di ruang yang kami tuju, kami sempat melirik kedalam ruangan sebelah kanan kami dari sela-sela jendela kaca. Di sana banyak bayi-bayi yang di rawat, tapi Cuma di letakkan dalam tempat biasa kusus untuk bayi. Kemudian kami langsung masuk ruangan. Nadya Yasmin langsung di masukkan ke dalam incubator seperti bayi-bayi lainnya yang berada dikamar tersebut, bedanya bayi –bayi itu sudah tidak terpasang kabel inpus di tangannya, dan tidak terpasang selang oksigen di hidungnya. Kami berharap agar dia cepat sembuh  seperti bayi-bayi yang berada di kanan kirinya.

Kemudian kami keluar ruangan, setelah membayar deposit untuk rawat inap dan obat-obatan, kami di perbolehkan pulang, karena tidak boleh di tungguin, sementara jam besuk sore hari jam 06.00-08.00 dan siang jam 10.00-12.00. Istri istirahat di rumah sejenak, karena sudah beberapa hari dia kurang istirahat. Sementara saya langsung tancap gas, ke rumah RT, kemudian ke rumah RW, untuk minta rekomendasi mengurus surat jamkesda, atau jamkesmas, atau apa saja yang bisa membantu biaya pengobatan Nadya Yasmin kelak. Istri juga tidak lupa mengingatkan agar saya harus makan dulu. Tapi saya katakan saya terburu-buru, saya harus berlomba dengan waktu.

Di kelurahan

Sesampainya di kelurahan, saya langsung utarakan niat saya ini, yang sudah mendapat rekomendasi dari RT dan RW. Kemudian di minta KK saya, ternyata KK tersebut masih ketinggalan di rumah. Akhirnya saya langsung pulang mengambilnya. Setelah mendapat rekomendasi dari kelurahan, saya langsung pergi ke kantor camat untuk minta persetujuan. Rupanya sekarang kantor camat sudah tidak mengeluarkan surat itu lagi. Kemudian saya diarahkan untuk pergi ke Puskesmas Lubuk Baja, untuk minta surat rujukan.

Di Puskesmas Lubuk Baja.

          Setelah mendapatkan info di kantor camat, saya langsung tancap gas ke Puskesmas, biar tidak keburu tutup. Sesampainya di sana, saya mendapat penjelasan bahwa jamkesda itu cukup surat dari RT,RW dan Lurah kemudian di ajukan ke pihak rumah sakit.

          Di RSBK

          Sesampainya di RSBK, saya langsung menuju ke ruang administrasi untuk mengajukan surat-surat tersebut. Tapi katanya sakit yang di alami Nadya tidak masuk kriteria jamkesda atau jamkesmas. Sehingga surat tersebut di tolak. Saya tidak putus asa. Saya akan usahakan melalui jamsostek. Tapi lagi-lagi kami belum terdaftar menjadi anggota jamsostek. Sehingga kami harus bersabar serta berusaha dan berusaha. Sambil pulang kerumah, saya hanya bisa meneteskan air mata, teringat wajah sang buah hati yang seharusnya dia bersama kami dirumah, untuk meluapkan dan mengungkapkan kegemberiaan serta kebahagiaan bersama, justru dia harus merasakan sakit seperti itu.

Di rumah

Saya tiba di rumah jam 05.00 sore. Saya bangunkan istri yang masih terlelap tidur karena kecapekan dan kurang istirahat. Dia saya suruh siap-siap untuk menjenguk sang buah hati yang waktunya sudah dekat. Sayapun sempat duduk sebentar dan merasakan mata berkunang-kunang, tapi tatkala terlintas wajah mungilnya yang masih di rawat di incubator, semua itu langsung lenyap. Seakan-akan kaki ini akan berlari sekencang-kencangnya untuk selalu bersamanya, menggendongnya, serta menciuminya.

Masih hari kamis, tanggal 7 Maret 2013 jam 06.00 sore, kami langsung meluncur ke RSBK untuk melihat perkembangan sibuah hati. Satu persatu kami masuk, kami elus-elus kaki serta kepalanya sambil meneteskan air mata, kami memanjatkan doa kepada Allah untuk kesembuhanya. Kami kangen pingin menggendongnya di pangkuan kami lagi. Di dalam ruangan seorang perawat sempat bertanya kembali pada saya “ Bagaimana ketubannya waktu lahir ?” sayapun bilang bahwa saya tidak tahu. Setelah itu saya teringat, kenapa pertanyaan itu muncul dua kali ? apa hubunganya ketuban dengan penyakitnya ? yang jelas kami tidak tahu jawabannya.

 Kami tunggu sampai jam besuk selesai, banyak kawan dan teman- teman datang menjenguk sibuah hati ini. mereka banyak sekali membantu kami baik moril maupun materiil. Kususnya dari pihak Yayasan El Yasin yang selalu memotifasi kami untuk kesembuhan sibuah hati , mereka selalu mendukung.  Sebelum kami pulang, perawat jaga minta persetujuan dari kami, bahwa akan di pasang radiator untuk memantau perkembangan Nadya Yasmin. Kami langsung setuju.

Belum sampai di rumah
Setelah selesai pemasangan alat radiator, kami meninggalkan ruangan. Tak lupa kami berdoa kepada Allah di dekatnya untuk kesembuhannya. Kami tidak langsung pulang ke rumah, tapi kami pergi ke   di rumah Bpk Jeffri di Tanjung Uma, untuk melihat anak kami yang seharian kami belum ketemu dan kami titipkan di sana. Sekitar jam 11.00 malam,  saya dapat telepon dari RSBK bahwa mereka menyarankan agar Nadya Yasmin di masukkan ke ruang NICU, karena beratnya biaya di ruang tersebut menurut kemampuan kami,  saya mohon untuk bertahan di ruang melati dengan fasilitas incubator dan radiator.

Setengah jam kemudian, saya mendapat telepon kembali dari fihak RSBK, bahwa saya harus datang.  Akhirnya saya langsung datang  bersama Bpk Jefrri ke rumah sakit. Sementara istri saya tinggal di rumah beliau.

Di rumah sakit

Setelah kami tiba, saya langsung masuk dan mendapatkan penjelasan dari dokter jaga bahwa kondisi Nadya Yasmin semakin melemah. Sambil meneteskan airmata, saya mendengarkan dengan seksama penjelasan dokter tersebut. Yang intinya dari hasil ronsen bahwa Nadya Yasmin telah meminum air ketuban yang berwarna hijau dan sudah masuk ke dalam paru-paru.  Kalaupun di masukkan ke ruang NICU hasilnya juga tipis, tapi dokter juga tetap akan berusaha dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk Nadya Yasmin, serta meminta agar saya bersabar dan banyak berdoa kepada Allah Azza Wajalla. Dengan menahan sesak suara tangis, seraya berdoa kepada Allah untuk kesembuhan si buah hati kami “ Nadya Yasmin , saya berkesimpulan bahwa apapun yang akan terjadi itu merupakan kehendak Allah Azza Wajalla, kami Cuma bisa berusaha dan berdoa.

 Akhirnya, dalam waktu-waktu yang seperti ini, rasanya saya tidak ingin jauh darinya. Saya ingin selalu bersamanya. Saya memutuskan untuk tidur di rumah sakit sendirian, dan tidak memberi tahu istri tentang keadaanya. Karena saya kuatir nanti ia terpukul. Tapi akhirnya dia saya jemput juga, biar keadaan ini kami rasakan bersama. Sehingga  malam itu kami menunggu di RSBK.

HARI KE LIMA

Jum’at tanggal 08 maret 2013. Waktu jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Bukan jam besuk. Kamipun ingin pulang ke rumah karena jam 08.00 ada rapat dengan pihak Yayasan tentang  PSB ( Penerimaan Siswa Baru ). Kami minta ijin kepada dokter jaga untuk menengok sebentar Nadya Yasmin sebelum pulang. Kami tetap berdoa kepada Allah Azza Wajalla untuk kesembuhanya. Kami ingin segera untuk menggendongnya.
Kemudian kami pulang. Istri istirahat di rumah karena sudah beberapa hari semenjak dia melahirkan dia jarang istirahat. Rasa capek dan ngantuk tak terasa lagi, demi si buah hati. Sayapun pergi ke sekolah karena ada rapat PSB dengan pihak Yayasan. Setelah rapat saya buka, saya mendapat telepon dari RSBK bahwa saya harus segera datang secepatnya. Saya minta ijin ke Ketua Yayasan Bpk H. Husein Mohmd. Yasin, SPd.I untuk meninggalkan rapat.

Dengan penuh rasa kuatir bersama istri saya langsung tancap gas menuju RSBK. Saya langsung menuju ruang Nadya Yasmin di rawat. Di situ saya langsung masuk dan istri menunggu di luar, saya sempat melirik ke Nadya, hati saya terobati dengan gerakan tenggorokannya yang menunjukkan bahwa dia masih bernafas dan masih hidup bahkan matanyapun agak terbuka seakan –akan melirik saya.  Sayapun menangis di depanya dengan tersedu-sedu.

 Kemudian, di jelaskan kepada saya bahwa kondisinya semakin lemah, mulutnya mengeluarkan darah, kakinya juga sudah mulai membiru. Bahkan sewaktu kami tinggal dia sempat tidak bernafas. Setelah penjelasan dokter selesai, saya mendekatinya sambil menangis. Matanya masih sayu-sayu terbuka seakan-akan melirik kepada saya, mulutnya bergerak-gerak mengisyaratkan dia ingin berkata “ Abi,Umi ! Nadya sudah tidak kuat lagi, maafkan Nadya, kebahagiaan yang Abi dan Umi harapkan akan kita dapatkan di surga , jangan menangis insyaAllah kita bertemu di sana nanti, selamat tinggal “. Lalu saya menunggu di luar.

 Hal itu  juga saya jelaskan  kepada istri yang belum sempat masuk, sambil menangis kami panjatkan doa kepada Allah untuk memberikan yang terbaik buat kami bersama.

Hari jum’at jam 10 .00 pagi

Sekitar satu jam setengah kami menunggu di luar, tepatnya jam 09.55 saya lihat ada dokter masuk dengan terburu-buru. Kemudian jam 10.00 saya di suruh masuk, yang langsung di sambut oleh dokter itu dengan mengatakan “ Pak bersabar ya pak, kami telah berusaha, tapi Allah juga yang menentukan” saya langsung menangis dengan suara yang tak bisa di tahan lagi. Kemudian saya langsung menuju ke incubator Nadya Yasmin, dalam hati saya katakan “ Nak, maafkan Abidan Umi, hanya ini kemampuan kami untuk mengusahakan kesembuhanmu , sekali lagi , maafkan orang tuamu nak , selamat tinggal dan selamat jalan, semoga perjalananmu selalu di terangi oleh Malaikat-malaikat yang menyertaimu menuju surga“ .Nampak dia sudah mulai tenang. Walaupun berat di hati, itu tetap harus terjadi. Semua sudah di atur oleh Allah Azza Wajalla.

Diluar ruangan, istri sudah diliputi rasa kecemasan. Diapun sudah bisa membaca raut muka saya yang baru saja membuka pintu. Sambil menangis dia bertanya “ ada apa bi ? “ saya langsung katakan “ bersabarlah mi, walaupun kita cinta dan sayang sama Nadya Yasmin , tapi Allah lebih cinta dan lebih sayang kepadanya , dia sudah tiada “. Kemudian dia pun langsung tak kuasa membendung  tangisanya. Saya pun langsung menenangkanya, bahwa itu merupakan keputusan yang terbaik dari Allah  untuk kita, yang sudah lama menunggu kehadiran sibuah hati Nadya Yasmin. Sayapun menasehatinya agar dia bisa ikhlas dengan kejadian ini walaupun saya sendiri merasa berat. Biar perjalanan  Nadya Yasmin menuju ke surga tidak terhambat dengan tangisan-tangisan kita. Dia belum mukallaf, belum terbebani dengan syariat,  belum berdosa, dia masih bayi, semoga menjadi tabungan kita di akhirat, yang bisa memberi syafa’at bagi orang tuanya tatkala mengalami kesulitan di akhirat  nanti.

“ Anakku sayang, hanya inilah yang Abi dan Umi mampu, untuk mengusahakan kesembuhanmu, maafkan orang tuamu sayang !”

“Anakku sayang, selamat jalan, doa Abi dan Umi selalu menyertaimu, tunggu kami di surga nak!”.

Dirumah

Setelah teman-teman yang sedang melaksanakan rapat PSB kami kasih tau, bahwa Nadya Yasmin sudah tiada, rapat langsung di hentikan. Mereka langsung membagi tugas untuk pengurusan jenazah. Tapi jenazah baru bisa keluar dari rumah sakit dua jam kemudian.

Hari itu hari jum’at, jam dua belas kami urus administrasinya langsung. Karena waktu yang mepet dengan sholat jum’at, maka kami sholat jum’at dulu di RSBK, setelah selesai, saya langsung gendong Nadya Yasmin dengan Mobil ambulan dari Yayasan Al Kahfi Batam. Serta semua administrasi penguburan juga telah mereka tanggung dan mereka uruskan. Sementara istri naik mobil milik Ketua Yayasan El Yasin yang sudah menunggu dari tadi bersama Ibu Yasasan.

Di rumah, semua sudah beres. Teman – teman cepat bergerak. Makanya sesampainya kami dirumah langsung di mandikan, di kafani, dan langsung di sholatkan. Kemudian saya menggendongnya sampai di kuburan. Satu jam perjalanan sampai kekuburan terasa satu menit. Karena rasanya saya ingin menggendongnya terus. Bahkan rasanya berat sekali hati ini, tatkala ingin meletakkannya ke dalam liang kubur, yang hanya beralaskan kain kafan, dan bantal 6 buah dari tanah, tidak berpintu dan tidak berjendela. Nampak kasat mata sempit dan gelap, tapi hakikatnya sangat luas dan terang, nampaknya tidak ada ruang gerak ke kanan dan ke kiri, tapi hakikatnya dia bisa berlari-lari kemanapun dia kehendaki.

Berjalan satu hari , dua hari, tiga hari, perasaan saya Nadya Yasmin masih di rawat di rumah sakit, dia masih hidup, dan rasanya saya pingin menjenguknya kembali di RSBK. Saya ingin menciumnya, dan menggendongnya kembali. Tetapi ternyata dia memang betul-betul telah tiada. Biar perasaan itu tidak berlarut-larut, maka kutumpahkan saja ke lembaran-lembaran ini. Hari sabtupun saya langsung masuk sekolah. Yang sebenarnya di sarankan oleh teman-teman untuk istirahat dahulu.

Tapi, jika tidak ada kegiatan perasaan itu selalu muncul. Makanya duduk bersama dengan teman-teman di sekolah, bertemu murid-murid yang ramah-ramah, bisa meringankan kesedihan yang mendalam karena gelisah, di tinggal pergi sang buah hati untuk selama-selamanya.

“Selamat Jalan Nadya Yasmin “.




“Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba “Ungkapkanlah Cintamu” pada blog senyumsyukurbahagia.blogspot.com, hidup bahagia dengan Senyum dan Syukur”

42 komentar:

  1. ungkapan hati yang bagus ust,semoga yang menulisnya dan yang membacanya dapat faidah berharga...amin

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. terima kasih kalimat ta'ziyahnya kaka akin

      Hapus
  3. seorang bayi perempuan yg meninggal sebelum baligh, akan menggeret orang tuanya ke surga... semoga...

    BalasHapus
  4. semoga lekas diberi keturunan :'(
    sedih saya ... gak tahu mau komentar bagaimana, maaf ya

    semoga menang untuk kontes ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allahumma Amin...:) terimakasi mbk arga.

      #ummu yasmin#

      Hapus
  5. HIKS...:-(
    masya allah...

    saya syok waktu baca harus bayar deposit 10 juta utk masuk NICU. andai gak semahal itu, dan nadya bs dapat pertolongan lebih dan lebih intensif dr sekedar perawatan di ruang melati....ah...

    semoga diberi ketabahan ya :-(

    BalasHapus
  6. Semoga jadi tabungan di akhirat kelak ya mas
    T_T

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. Kisah yang sangat menyentuh hati,..afwan ust ana baru membaca kisah ini karena ana baru dapatkan alamat blog ini dari istri,..Sungguh ana dan kelurga dapat merasakan apa yg ust dan kelurga rasakan,..waktu kejadian itu ana dan istri juga selalu mendo'akan Yasmin,Istri ana yg sering menangis jika menceritakan kondisi Yasmin kala itu..walau ana di tempat kerja ana sering minta berita kepada istri tentang kondisi Yasmin,..tapi ini semua ketentuan Allah,..smoga dia akan dikumpulkan bersama ust sekelurga di Syurga kelak ,..aamiin,..Abu abdirrahman Jefriden

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiiinnn......Semoga ini bukan kunjungan yang terakhir ya pak ...

      Hapus
  9. Ikut berbelasungkawa ya Bang..sungguh kisahnya sangat menyentuh hatiku. Anakku yang ke2 juga perempuan, dan aku sangat bersyukur karena sudah dikaruniai sepasang anak..Semoga diberikan keikhlasan dan ketabahan dengan kepergian de'Yasmin...Aamiin YRA

    BalasHapus
  10. mudah2an jadi tabungan di akherat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiinnn terima kasih telah berkunjung, semoga ini bukan kunjungan yang terakhiir...

      Hapus
  11. Sebelumnya aku ndak pernah baca tulisan sampe tersedu
    kisah ini bener2 menyentuh aku sebagai calon bapak, usia kehamilan istriku sekarang 4 bulan
    Semoga adik Nadya Yasmin bahagia di Surga & semoga mas Said Ali & keluarga tabah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah berkunjung, semoga bukan yang terakhir. kami doakan semoga persalinan istri mas Miko nanti lancar . amiin

      Hapus
  12. Saya baru baca kisah ini. Sempat menitikkan airmata tadi. Turut berduka cita ya mas Said. Innalillahiwa'innailaihi rojiuun.

    BalasHapus
  13. Allahuakbar ..innalillahi wa inna ilaihi rojiun .. cerita yang sangat menyentuh tak henti2nya air mataku menetes karnanya . akan tetapi air mataku serentak berhenti dan menjadi bahagia setelah Allah menjanjikan Syurga Untuknya . semoga jalan hidup anda adalah jalan yang Allah ridoi untuk mendapatkan Syurga_NYA Aamiin allahhumma Aamiin..... :)

    BalasHapus
  14. Amiin, terimakasih juga telah berkunjung semoga ini bukan yang terakhir....

    BalasHapus
  15. اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَجِعُوْنَ

    BalasHapus
  16. Sedihh...semoga bekumpul lagi di syurga
    آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ..

    BalasHapus
  17. Semoga anak2 kita d surga mjd penolong kita orgtuany..aamiiinnn...kita orgtua yg terpilih...sayapun merasakan hal yg sama..khlgn putri pertama saya d usiany 2bln 20hr..diagnosa dokter mgtakan anak saya sakit kanker hati...skrg saya dan suami sdg berikhtiar menanti kmbli khadiran buah hati..semoga Allah memberikan kmbli anugerahNy ut keluarga kcil kami..mohon do'any ya pak...aamiiinnn yaa robbal'alamiin..dd nadya sdg bermain bersama dd aliyah mjd bidadari surgaNya Allah..aamiiinnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, semoga Allah menyegerakan gantinya....

      Hapus
  18. Innalillahi...betapa cantiknya nadya. Allah sudah memberinya istana yg indah di surga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiinnnn......terimakasih doa dan kunjungannya....

      Hapus
  19. sangat mengharukan,sampai sampai saya menitikan air mata.jadi teringat anak di rumah.saya membaca ini di sekolah karna saya bertugas sebagai guru bp.turut beerduka cita smoga nadia yasmin akan slalu terkenang walaupun hanya sesaat bertemu dan merawatnya.nadia sayang bunda jadi sadar krn tulisan dari abimu.trimkasih ya atas smua ini.

    BalasHapus
  20. sama-sama bu guru, terima kasih telah berkunjung, jangan kapok ke sini.....

    BalasHapus
  21. saya seperti membaca kisah sy sndri....apa yg bpk alami setahun yg lalu sm seperti yg sy alami..anak sy lahir tgl 13-3-2013 lewat operasi cecar krn udh lwt bulan..bedanya anak ketiga kami jg laki2 sama seperti kedua kk nya...anak kami semenjak lahir lnsg d rawat di RS Harapan Kita Jakarta krn bocor jantung dan penyempitan saluran pernafasan dan harus di rawat ruang di NICU....tp dia hanya bertahan smpi umur 28 hari....karena Allah lebih sayang sama dia makanya di bawa k surga...sy sangat bersukur, krn tak tega melihat anak sy menderita bgtu dng bermacam2 alat pernafasan dan jarum infus di tubuhnya...semoga dia tabungan kt nantinya..Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin...........terima kasih juga telah berkunjung ke blog ini, semoga ini bukan yang terakhir

      Hapus
  22. assalamualaikum ust 10 hari yg lalu saya pun mengalami hal yg sama..putri saya hanya beryahan 3 hari dkarenakan sesak penrnafasannya..dan sampai saat ini pun sy msh terus menangis..bukan tdk ikhlas tp selama 9 bulan dalam.kandungan..ketika diaa lahir bahkan sy belum sempat menggendongnya..

    BalasHapus
  23. Sy baca sambil nangis..
    Salam kenal buat abi umi nadya yasmin..
    #speechless

    BalasHapus
  24. Sy jg mengalami hal yg sama blm ad 1 bln sy melahirkan putri cantik kami melalui oprsi sc,namun putri kami hanya bertahan 2 hari saja karena keracunan air ketuban yg keruh berwarna hijau dan udh msuk ke paru2 nya.
    Karena ini anak pertama rasanya sulit utk mengikhlaskan,rasanya ingin ikut serta dg anak sy.tp sbg manusia hanya bisa mengikuti takdir allah,mungkin anak kita skrg sdh bahagia bermain2 disurga.ketika rs sedih tiba hanya doalah yg bs kita lakukan.
    Smg kita selalu diberi kekuatan,ketabahan dan keikhlasan
    Amiiinn

    BalasHapus
  25. Saya jg baru saja ditinggal anak saya menghadap ke illahi robbi tgl 2 april 2019, anak pertama saya, laki2 usia 10 hari. Berat sekalu memang rasanya, tapi saya udah berusaha ikhlas sejak menunggui dia di ICU, smg tenang di sana ya nak, bapak n ibu smg selalu kuat di sini. Kami selalu mengingatmu gak akan terlupakan, kaulah cinta pertama kami.doa yg saat ini bisa bapak dan ibu panjatkan ketika rindu ini datang.

    BalasHapus