AMALKU SAYANG, AMALKU MELAYANG
Banyak orang bilang “ Yang penting kan beramal, urusan mau di
terima atau tidak itu urusan Allah bukan urusanmu !“.
Begitulah Ahmad mendengar
jawaban tetangganya yang ia bilangin, agar seorang muslim itu tidak asal-asalan
dalam beramal.
Memang, menyadarkan seorang muslim agar mau beramal itu tidak mudah. Banyak orang
muslim yang hanya sekedar dalam batas muslim KTP saja. Ia tidak pernah
melaksanakan perintah Allah dan Rosul-Nya. Syahadat tauhid dan Syahadat Rosul (
rukun islam yang pertama ) pun, tak
pernah dia fahami isi kandungan dan
maknanya. Sholat sehari lima waktu, yang sudah menjadi simbul ciri khas seorang
muslim pun ia tinggalkan dengan sengaja.
Ia tidak pernah sholat dalam sejarah kehidupannya, kecuali sewaktu
praktek pelajaran agama di sekolah dasar dulu, itupun tidak setiap saat di
praktekkan. Apalagi amalan-amalan seperti puasa,zakat, haji dan yang lainnya.
Kehidupan dunia serta penghias-penghiasnya, telah menjadi
tujuan utama dalam kehidupan, melalaikan kehidupan yang telah menantinya di
waktu yang akan datang, tapi entah kapan
waktunya, hanya Allah saja yang mengetahuinya. Ia tidak ingat Allah, yang telah mengeluarkanya dari perut ibunya dalam
keadaan telanjang bulat. Jika di buang
di tempat sampahpun ia tak kuasa untuk melawannya.
Setelah hari demi hari
berlalu, ia tidak pernah tahu siapa yang telah menjadikannya semakin besar,
kuat, ia juga tidak pernah tahu siapakah yang telah memberinya nikmat untuk
bisa bernafas. Bahkan tanda-tanda yang ada di sekitarnya pun belum bisa menyadarkannya. Semut-semut kecil yang selalu
hilir mudik dalam rumahnya, nyamuk-nyamuk kecil yang selalu hinggap dalam
tubuhnya, tumbuh-tumbuhan yang selalu menyertai dalam kehidupannya, buah-buahan
yang ia tancapkan dalam tanah hingga ia
memetiknya, sampai orang – orang di sekitarnya satu demi satu berangkat pergi
ke dalam tanah yang takkan pernah kembali lagi; semua itu tak pernah membuatnya
sadar untuk beramal.
Disisi lain, alhamdulillah banyak diantara mereka, yang telah
mendapatkan hidayah dan petunjuk untuk beramal, semangat mengumpulkan bekal tuk
kehidupan lain yang telah menantinya. Kerana mereka sadar, di dunia inilah ladang untuk beramal,
dan di sana nanti ( di akhirat ) ladang penghisaban dan pertanggung jawaban
amal-amal mereka di dunia ini.
Sehingga, tak ada
waktu yang mereka lalui, kecuali mereka manfaaatkan untuk beramal agar mendapatkan
keridhoan Allah dan pahala dari-Nya, yang kelak akan mengantarkan mereka ke dalam surga yang kekal abadi akan nikmat-nikmatnya.
Dengan kesadarannya ini, timbullah semangat jiwa yang
berapi-api untuk mempelajari syahadat, melaksanakan sholat, puasa, zakat, haji
maupun disiplin ilmu-ilmu islam yang yang lain, kemudian mereka dakwahkan ke seluruh umat manusia di alam semesta
ini. Tapi sayang, mereka memahami makna
syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, dan yang lainnya, hanya dengan
menyandarkan pada akal pikiran semata, atau dengan melalui mimpi-mimpinya atau
mimpi-mimpi sang gurunya. Mereka akan memperjuangkannya mati-matian,walaupun
itu tidak sesuai dengan sumber hukum islam yang aslinya,kemudian mereka tetap meyakini akan kebenaranya. Padahal itu juga tidak ada
contohnya dari Sang Suri Tauladan umat ini ( Nabi Muhammad SAW ) ataupun para
sahabat2nya, mereka tetap meyakini bahwa
itu muthlak kebenaranya.
Tak heran lagi, sekarang bermacam – macam bentuk amalan
bermunculan, ada yang begini, ada yang begitu ada lagi yang lain-lain, yang
sebenarnya bertolak belakang dengan Al
Qur’an maupun Hadist Rosululloh yang shohih.
Dari sini
teman, coba fahami betul-betul firman Allah dalam surat Al Furqon : 23 ini
وقدمنا إلى ماعملوا من عمل فجعلناه هباء
منثورا ( الفرقان : 23 )
“
Dan Kami ( Allah ) hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami
jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. ( QS. Al Furqon : 23 ).
Abul Fidak Ibnu Kastir mengatakan dalam tafsirnya ( Tafsir
Ibnu Kastir ) “ Ini terjadi pada hari kiamat,
tatkala Allah Azza Wajalla menghisab hamba-Nya atas amal yang mereka
lakukan di dunia, ( amal yang baik maupun yang buruk ). Allah Azza Wajalla menjelaskan bahwa
orang-orang musyrik tidak akan
mendapatkan hasil dari amal ( kebaiakan ) yang mereka lakukan di dunia, dimana
mereka mengira amal tersebut bisa menyelamatkannya di akhirat ( dari api neraka
dan memasukkannya ke dalam surga ).
Hal itu terjadi karena mereka kehilangan syarat-syarat amal yaitu ikhlas dan mutaba’ah ( mengikuti contoh
Rosulullah SAW ), setiap amal yang tidak di landasi dengan syarat-syarat tadi
maka batil “.
Teman !, mereka banyak beramal kebaikan di dunia, yang
dengannya berharap mendapatkan keridhoan Allah Azza Wajalla dan pahala darinya,
kemudian di masukkan ke surga. Tapi, itu ternyata sebatas harapan semu. Karena,
tatkala hari penghisaban di akhirat nanti, mereka mendapatkan amal –amal kebaikan
yang mereka lakukan ternyata menjadi debu-debu yang berterbangan, tidak
bermanfaat baginya.
Maka, prinsip “ Yang penting kan beramal, urusan mau di
terima atau tidak itu urusan Allah bukan urusanmu !“. itu adalah sebuah prinsip
yang justru akan menjauhkan mereka dari surga, dan mendekatkan dirinya ke dalam jurang api neraka.
Wahai teman ! bila kita tidak ingin amal-amal kita menjadi
debu yang berterbangan, landasilah amalan-amalan kita dengan ikhlas dan
mengikuti contoh dari Rosulullah SAW. Kalau ada contoh, amalkan dengan ikhlas,
bila tidak ada contoh, tinggalkan dengan ikhlas.
Akhirnya, doaku untuk kalian semua, semoga kita termasuk
orang-orang yang mendapatkan hidayah
tentang masalah ini. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar