Jumat, 05 April 2013

SAKSI BISU ( Bagian ke dua )



SAKSI BISU ( Bagian Kedua )


Lama dia duduk sambil menangis, tidak tau lagi apa yang harus dia lakukan. Permohonanya kepada Kepala Sekolah itu juga tak kunjung ada jawaban. Bukan sekali dua kali dia meng - iba kepadanya, tapi penolakan demi penolakan yang dia hadapi. Ibunya yang mengorbankan waktunya mengais rizki untuk kelurganya di ladang-ladang orang ,  mendatangi rumah kepala sekolah  demi si buah hatinya itu juga gagal.

Kalo di pikir-pikir, memang uang SPP  di tambah administrasi ujian akhir yang cuma beberapa bulan menunggak itu tak seberapa, tapi itu merupakan nilai nominal bagi dia dan keluarganya sangat besar.  Ayahnya juga sudah tua dan sakit-sakitan itu, hanya bisa ikut merasakan kesedihan yang mendalam atas peristiwa ini. Jangankan untuk membayar SPP itu, untuk beli obat sakit nafasnya yang sudah lama menjangkitinya saja, kelabakan. Dia hanya bisa berbaring di tempat tidur yang sudah seabad umurnya.

Ibunya, yang sudah menjadi kepala rumah tangga, mengatur urusan keluarga, mencari nafkah untuk anak-anaknya dan suaminya, memasak untuk mereka,  juga bingung.  Dia juga sudah menghubungi anak2nya yang sudah kerja, dia juga sudah berusaha untuk gali lobang tetangga kanan kirinya, walau harus menahan malu; karena lobang-lobang  yang dia gali sebelumnya belum tertutupi juga masih nihil. Sementara even kali ini adalah penentuan masa depan untuk si buah hatinya.

Hampir-hampir saja ibunya pingsan di tengah jalan sewaktu pulang dengan tangan kosong sambil menangis. Dia langsung istirahat di kamar karena sudah buntu jalan pikirannya dengan masalah ini.Dia rebahkan tubuhnya, dia pejamkan matanya, dia tenangkan pikirannya, tapi semua itu sia-sia. Selalu terlintas bayang bayang anaknya yang sudah pergi dengan seragamnya, tapi kemungkinan besar dia tidak di ijinkan masuk ke kelas.

Dia juga tidak bisa membayangkan , apa yang akan di lakukan si buah hatinya di sekolah itu,merasakan  sedih,  meng-iba kepada guru, menahan malu dari pandangan teman-temannya, atau mungkin dia merasa kecewa kepada orang tuanya, karena ternyata orang tuanya tidak bisa membantunya dalam hal ini. Padahal, ini adalah moment yang penting baginya.

.               Diapun juga tidak tahu nasib  sibuah hati yang sudah  berangkat ke sekolah tanpa seijinnya. lalu, dia adukan semua keluh kesah ini  kepada  Allah,dan Tak henti-hentinya dia panjatkan do’a dengan tulus kepada-Nya.

 Di sekolah..........( bersambung )


5 komentar: